Wednesday, January 30, 2008

Menurut Ust. Fathi Yakan dalam bukunya Apa Ertinya Saya Menganut Islam, lewat bab Saya Mestilah Muslim Di Sudut Ibadah (rujuk perkara bil. 6) menyatakan bahawa "Saya haruslah menentukan masa-masa tertentu untuk membaca dan mengamat-amati al-Quran, terutama di waktu fajar, kerana firman Allah dalam Surah Al-Isra' : ayat 78 yang bermaksud, "Sesungguhnya bacaan di waktu fajar itu disaksikan oleh para malaikat."


Dari Nabi (saw) bersabda;"Sesungguhnya hati ini berkarat dan yang menghilangkan karatnya itu adalah membaca Al-Quran, ingat mati dan menghadiri majlis zikir"Hati ini memang berkarat jika pemiliknya tidak memperbaiki dengan apa yang disebutkan Nabi (saw). Jika hati itu, hitam pekat maka hati itu sudah menjauh dari cahaya( nur )hati menjadi hitam kerana terlalu cinta kepada dunia; cinta kepada harta, cinta kepada pangkat dan kedudukan, cinta kepada nafsu berlawanan pasangan dan sebagainya. Mudah-mudahan kita dijauhkan dari cinta dunia.Orang yang ditempati cinta kepada dunia, maka hilanglah waraknya lalu ia menghimpun dari yang halal kepada yang haram, hilang pertimbangan membezakan yang halal dan haram, hilang malu kepada Tuhannya dan pengawasannya.Sesungguhnya hati apabila jauh dari nasihat maka menjadi buta. Hakikatnya taubat adalah mengagungkan dan membesarkan Allah dan seluruh jiwa raga hamba hanya untuk orang yang menjadikan Allah. Setiap orang yang tidak membesarkan urusan Allah dan tidak sayang kepada makhluk Allah maka dia jauh dari Allah.Wassalam. Mudah-mudahan ada manfaatnya dan sebarkan.

Monday, January 28, 2008

AKULAH SUARA BAHASA

Akulah suara bahasa
pernah aku penjaga empayar Nusantara
sekelian bangsa tunduk patuh tanda akan bertuankan aku
aku yang sewaktu itu - akulah penjaga laut dan gunung

Akulah suara bahasa
bagaimana mungkin kan kubangkit lagi
kiri kananku telah diikat oleh empunya tuan(ku) sendiri
megahnya aku - dijulang kepuncak ilmu
itu waktu dahulu

akulah suara bahasa
pernah pembina sebuah tamadun bangsa
anehnya aku makin tersempit di tanahku sendiri
dicaci, dimaki jauh sekali dipuji

Dengarlah suaraku
aku menanggis, melutut merayu di hadapan tuan(ku)
kembalikan maruahku
kupinta itu adalah hakku - hak mutlakku
tanpaku, apakah makna sebuah kedaulatan
yang kau banggakan untuk
tatapan generasi mendatang
atau sanggupkah engkau
berteriak untuk generasi mendatang
- bahasaku sudah mati
- tapi kau masih tak malu menjulang
dan menyebut
KITA MASIH MERDEKA

Sarji Kasim
Januari 2008
Catatan: Mantera ini hanya untuk kajian ilmiah sahaja.

Pitunang Nabi Daud

Hai Himan Hu Himan Tawau
Hindui Berjuntai di rusukku
Ameh sumiang di mulutku
Bintang semambu di mulutku
Itu nan aku panahkan kepada hati jantung si anu
Mengujur dengan bulunya
Mengeletek dengan hatinya
Mencucur dengan peluhnya
Itulah maka sebab sujud, rindu, dendam, kasih, saying terhadap kepadaku
Mendengarkan pitunang Nabi Daud, suaraku
Aku panahkan kepada bulan, bintang dan matahari
Nanku kerap padam tengah hari
Aku panahkan kepada batu gadang lagi belah
Aku panahkan kepada kayu gadang urat temu sakah
Air hilir terhenti-henti
Mendengarkan pitunang nabi Daud, suaraku
Gelak terbehak mayat dalamkubur
Mendengarkan pitunang nabi Daud, suaraku
Berkat kebesaran Lailahaillah – Hu Allah

KANAK_KANAK TENTANG MERDEKA

Catatan: sajak ini bukan hasii nukilan saya. Saya dah lupa siapa pengarangnya tetapi mesejnya mempesonakan.

Dengarlah Kata Hatiku seorang bernama
KANAK-KANAK TENTANG MERDEKA
Adakah pernah terlintas dalam benakmu untuk membuat sebuah percakapan dengan anak-anak, tentang apa yang mereka inginkan; membuat perahu dari sebilah bambu untuk kemudian dilayarkan ke laut lepas atau merangkai sebuah layang-layang dari kertas untuk kemudian diterbangkan ke langit luas? Karena anak-anak bukan sekedar milik sang ibu, bukan pula sekedar milik sang ayah, mereka terlebih adalah milik diri mereka sendiri. Gemerlap cahaya berwarna-warni yang memenuhi taman di hati kita yang melambungkan harapan di benak kita. Karena bagi mereka hanya ada satu keceriaan yang tak lain adalah surga, gemericik mata air yang tiada henti menguyurkan kesegaran, kepolosan salju yang putih metah memenuhi lanskap di dalam penglihatan kita. Mereka adalah detak yang berpacu di dalam jantung, deru di dada kita karena mereka adalah anak panah yang terentang kencang di dalam busur sang waktu. Adakah pernah terpikir dalam benakmu untuk memahami dunia mereka, bukan apa yang menjadi kehendakmu melainkan apa yang mereka inginkan. Tak henti merengkuh bayang-bayang mengejar layang-layang tak henti menghela waktu memburu laju perahu Bahwa permainan layang-layang bukan sekedar mengulur kegembiraan melainkan juga harapan, bahwa mengayuh laju perahu bukan sekedar melayarkan canda tawa melainkan juga menera angan untuk meraih cita-cita. Dan di dalam perih liku-liku segenap perjalanan itu jiwa kita melebur dengan segala keluh-kesahnya mengukir langit melukis cakrawala menjelma cita melabuhkan harapan dalam semesta cinta di hati kanak-kanak. Mei 2006
Surat Untuk Anak Peneroka


Anak peneroka
Hari ini aku layarkan surat untukmu
Buatmu merenung jauh kehidupan diri

Belajarlah pengorbanan ayah dan bondamu
Biarpun hutan belantara adalah sahabat hidupnya
Rimau dan gajah adalah rakan seperjuangan
Pacat dan lumpur adalah permainan siang malamnya

Kini, kaulihatlah penghijauan hasil lelahnya
Tidakkah kau kagum
Bahawa kau dilahirkan atas keringat dan air mata ayah bondamu
Kesenangan melimpah ruah yang kau ratah
Adalah air mata nanah yang berkorban atas nama
Mencari sesuap nasi

Kini,
Setelah kuselami nadi dan urat sarafmu
Hatiku tersentak! Bergoncang jantungku
Kesenangan yang ada
Kau ludah dan muntahkan di pipi ayah bondamu
Kecelakaan akhlakmu, membuat aku diam membisu,
Tertunduk malu

Apakah tidak? Arak, morfin, judi perhiasan siang malammu
Jalan raya di depan rumahmu, gelanggang maut hidupmu

Malangnya dirimu, anak peneroka
Dimanakah tanda kesyukuran kau robekkan?
Dimanakah harga keimanan kau telanjangkan?
Ayuh! Mari kembali mengenal asal-usulmu
Mari kembali, mencari makrifat diri


Sarji Kasim
Bera, 4 Oktober 2004.
Ayatul Syifa' : Al-Quran Sebagai Rahmat dan Penyembuh

Sesungguhnya di dalam al-Quran banyak menyebut tentang ayat-ayat kesembuhan (Ayatul Syifa’) yang membentangkan pelbagai pengajaran penting berkaitan dengan kesihatan dan kesejahteraan diri. Ayat-ayat yang dimaksudkan ialah seperti berikut:

1. Surah at-Taubah: 14:
Perangilah mereka, nescaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman.

2. Surah Yunus: 57:
Wahai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.

3. Surah an-Nahl: 69:
Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat ubat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.

4. Surah al-Isra’: 82:
Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.

5. Surah asy-Syu’ara’: 80:
Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku,

6. Surah Fussilat: 44:
Dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalam bahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasa asing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka[*1]. mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".
[*1] Yang dimaksudkan suatu kegelapan bagi mereka ialah tidak memberi petunjuk bagi mereka.

Ketaatan Kepada Perintah Rasulullah dalam Penjagaan Kesihatan
Allah s.w.t. menyuruh setiap hambaNya agar mentaati Rasulullah saw, seperti yang tersebut dalam al-Quran (al-Hasyr:7).

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya.

Mengenai hal-hal yang berkaitan dengan rawatan, Rasulullah saw. ada berpesan agar seseorang itu berubat dengan madu dan al-Quran.
Baginda bersabda:
Hendaklah kamu semua melakukan dua kesembuhan, iaitu dengan menggunakan madu dan al-Quran- Riwayat Ibnu Majah.
Dalam sebuah hadis yang dikeluarkan oleh Abu Daud dalam sunannya, Rasulullah saw. ada bersabda:
Sesungguhnya Allah menurunkan penyakit, dan menjadikan bagi setiap penyakit itu ubat, kerana itu hendaklah kamu semua berubat, dan jangan berubat dengan benda yang haram.
Hadis ini diperkuatkan dengan hadis-hadis lain, di antaranya hadis yang berbunyi:
Berubatlah, maka sesungguhnya Allah tidak meletakkan penyakit kecuali Allah menyedia­kan baginya ubat, kecuali satu penyakit, iaitu tua.
Al-Quran mengandungi pelbagai pengajaran dan maklumat penjagaan diri daripada pelbagai penyakit, memelihara kesihatan jasad juga roh. Dalam surah al-Maa-idah: 6:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit[*2] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh[*3] perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.
[*2] Maksudnya: sakit yang tidak boleh kena air.[*3] Artinya: menyentuh. menurut jumhur Ialah: menyentuh sedang sebagian mufassirin Ialah: menyetubuhi.
Dalam ayat ini Allah s.w.t. menyuruh orang yang beriman yang hendak mendirikan sembahyang agar membasuh muka dan tangan hingga ke siku, menyapu rambut dan kedua belah kaki hingga ke buku lali. Sesungguhnya wuduk yang dilakukan itu berupaya memelihara jasad, menjaga kulit daripada objek najis yang terdapat pada­nya. Membersihkan tanah, debu, kotoran-kotoran dan kuman yang mengotorkan tangan. Begitu juga dengan amalan berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung, bersiwak untuk memelihara gigi dan alat peng­hadam makanan,
Allah s.w.t. juga menyuruh orang yang berjunub agar membersihkan diri (al-Maa-idah: 6) untuk membersihkan seluruh jasad, mengembalikan kecerdasan tubuh, memulihkan semula edaran darah juga mencergaskan fungsi sendi otot dan urat saraf.
Di samping membersihkan anggota zahir, sembahyang merupakan tuntutan menyucikan batin. Mengelakkan diri daripada melakukan dosa-dosa kecil yang ber­panjangan juga kemungkaran dosa-dosa besar. Akan lahir daripada ibadah tersebut semulia-mulia akhlak dalam diri. Dengan sembahyang jiwa menjadi tenang. Ketenangan merupakan asas kesejahteraan individu.
Allah s.w.t. mewajibkan setiap orang agar berpuasa untuk melahirkan rasa takwa. Berpuasa secara tidak langsung memberi kerehatan pada seluruh organ peng­hadaman, menyebabkan puasa sekarang ini merupakan satu kaedah terbaru, yang diterima umum untuk mengu­bat penyakit dalam perut, radang paru-paru, sakit sendi juga lain-lain penyakit serius.
Untuk memelihara kesihatan, Islam menegah se­seorang memakan makanan yang memberi mudarat seperti bangkai, babi dan sebagainya, juga melarang zina kerana ia merosakkan diri dan masyarakat. Rasulullah saw. juga memberi amaran agar jangan memasukkan makanan ke dalam makanan (menambah makanan sebelum makanan di mulut hancur terkunyah), memberi amaran tentang bahaya taun dan kusta dan menggesa orang yang sakit agar berubat. Baginda juga menegah seseorang membuang air kecil di air yang berlari.
Mengambil makanan ketika perlu merupakan satu faktor utama kesihatan yang berterusan. Selain daripada mendatangkan mudarat, amalan menelan makanan sebelum hadam, melakukan pergerakan yang banyak selepas makan juga tidak baik.
Baginda saw. juga menyuruh agar setiap makanan dan minuman ditutup dengan menyebut nama Allah, agar tidak jatuh padanya binatang yang beracun, yang boleh membunuh pemakan atau peminumnya.
Allah s.w.t. menegah seseorang makan atau minum berlebihan (A1-A’raaf: 31),
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid[*4], Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[*5]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
[*4] Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.[*5] Maksudnya: janganlah melampaui batas yang diperlukan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

Al-Ustaz Marzuq (1989: 28) menjelaskan bahawa sekiranya seseorang itu ingin hidup terhindar daripada penyakit, mereka hendaklah makan dalam keadaan sederhana, Punca penyakit ialah makanan yang berlebihan.
Sayidina Umar ada berkata:
Jauhilah makan berlebihan, sesungguhnya ia penyebab rosak diri, mewarisi penyakit, me­nyebabkan malas sembahyang, dan hendaklah kamu menjaga makan, kerana ia paling baik untuk jasad, dan hindarkan daripada berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah bencikan orang alim yang gemuk — Riwayat Abu Naim.

Rasulullah s.a.w. juga ada bersabda:
Orang mukmin makan dalam satu perut, walhal orang kafir makan dalam tujuh perut — Riwayat Al-Bukhari dan Muslim.
Hadis yang mulia ini mengandungi rahsia kesihatan yang besar. Orang yang sedikit makan, sedikit minumnya. Orang yang sedikit minumnya, kurang tidurnya. Daripada orang yang kurang tidur akan lahir keberkatan pada umurnya. Sebaliknya orang yang penuh perutnya, banyak minumnya, menyebabkannya banyak tidur. Orang yang banyak tidur kurang keberkatan umurnya.
Orang yang mengambil makanan berpatutan sejahtera alat penghadaman tubuhnya. Menyebabkan tubuh dan hatinya dalam keadaan baik. Sebaliknya orang yang banyak makan alat penghadamannya akan lemah, penat bekerja dan berkemungkinan akan rosak, menyebabkan rosak seluruh jasad, keras hatinya, pendengarannya lambat menerima hakikat, menyebabkan seluruh panca­inderanya sukar tunduk taat kepada perintah Allah, untuk patuh melakukan sesuatu yang baik